Perjalanan saya kali ini ke Masjid Atta’awun Puncak.. pada sabtu 23 mei 2009
ketika libur sabtu.. pikran penat pekerjaan kator seminggu mendorong saya untuk ber-refreshing… tanpa perencanaan sebelumnya saya langsung saja berkemas untuk jalan2 saya kali ini..
setelah menyiapkan motor langsung saja saya berangkat…
selama perjalanan saya mampir beberapa kali untuk mengisi bensin dan sedikit cemilan untuk di jalan..
setelah sampai di kota bogor saya melanjutkannya ke arah tajur… sepanjang jalannya banyak sekali toko2 tas… yang memang mencirikan daerah ini sebagai salah satu daerah yang memproduksi tas2 yang secara tampilan maupun kwalitas tidak kalah dengan produksi luar maupun tas2 yang di jual di mal2 di Jakarta..
terus saya beranjak naik terus.. semakin banyak warung2 kecil sepanjang jalan yang menjajakan pernak-pernik makanan kecil yang sering di beli oleh wisatawan2 yang berkunjung ke bogor maupun puncak..
Peyem(tape singkong yang di gantung), kerupuk pasir, moci, manisan buah2an, tempe goreng, pisang sale, dan masih banyak lagi jajanan panganan2 kecil yang menggoda untuk di beli..
Melewati itu semua kemudian saya mampir di salah satu tempat didepan sebuah gallery seorang bapak tua yang sedang melayani pembeli dengan gerobak gendongnya.. Laksa.. salah satu panganan khas kota bogor.. yang isinya terdiri dari lontong dicampur mie dan ditambahkan toge(kecambah) yang sebelumnya di masak di sebuah baki kaleng berisi air yang dipanaskan menggunakan kayu bakar…
setelah semua isi diracik.. kemudian disiram dengan tauco yang sudah diolah.. rasa togenya yang segar dan lontongnya yang mengenyangkan serta rasa tauco yang unik dan khas.. sungguh sebuah perpaduan rasa yang menarik..
Selesai mencicipi salah satu makanan khas bogor ini saya berlanjut meneruskan perjalanan saya ke atas (menuju puncak), memasuki daerah ciawi terus keatas semakin jelas udaranya terasa semakin segar dan udaranya yang dingin mulai menusuk2 kulit.. villa2 bertebaran banyak sekali di daerah ini.. saya menyusuri jalan raya puncak..
parkiran masjid Atta’awun.
parkiran masjid Atta’awun.
Para penggemar paralayang dan penerjun payung yang melompat dari bukit sedang beraksi diudara semakin menyemarakkan suasana puncak, sementara di sisi lain gunung mas ada sekelompok siswa smp yang sedang berjalan berkelompok menyusuri kebun teh menikmati suasana cerah pagi itu..
sesaat kemudian saya mendapatkan sebuah Masjid yang megah dengan parkiran yang cukup luas.. tanpa berpikir panjang langsung saya belokkan kendaraan saya untuk memasuki areal parkir Masjid Atta’awun.. banyak sekali disekitarnya pedagang2 yang mencari nafkah di sini..
setelah yakin kendaraan saya sudah terkunci dengan benar.. langsung saya segera menaiki tangga masjid karena posisi masjid yang berada di posisi yang tinggi..
balkon Masjid
|
udara yang sangat dingin dan air wudhu yang seperti air es sangat mendukung suasana.. setelah shalat ternyata hujan rintik2.. ahirnya saya menunggu hujan berhenti sambil memperhatikan bangunan masjid yang sangat menarik seolah dikonsep selain berfungsi sebagai tempat beribadah juga sebagai tempat wisata.. dengan arsitektur yang unik dengan tiang2 di sisi depan masjid selain untuk lampur tiangnya yang besar kokoh dan bentuk serta corak warnanya sangat menaik..
gerbang Masjid Atta'awun
|
udara dingin.. hujan deras.. membawa saya kea lam tidur… ternyata tanpa sadar saya ketiduran di kursi warung tempat saya nge-teh.. jualan keliling seperti gemblong (kue dari ketan berbalut gula merah), kue moci, tahu sumedang yang gurih.. dan banyak lagi, yang mana beberapa kali menawarkan kepada saya seolah menyadarkan saya untuk segera bangun.. he..he.. ternyata saya kecapean dan ketiduran..
tak lama kemudian hujan semakin mereda.. namun sudah terdengar suara adzan Ashar… ternyata tanpa terasa sudah waktu Shalat Ashar.. segera saya beranjak untuk melakukan kewajiban saya.. setelah itu kembali saya duduk2 di balkon masjid menikmati pemandangan…
beberapa menit berlalu.. akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Jakarta.. saya berkemas.. merapihkan motor dan bersiap2 untuk segera pulang.. karena melihat keadaan langit saat itu sangat memungkinkan sekali hujan akan bertahan lama..
setelah membayar uang parkir yang pada saat itu satu jam pertama seharga Rp. 2.000,- jam berikutnya Rp. 1.000,- jadi total parkir saya selama 4 jam sebesar Rp. 5.000,- saya segera berlalu menuruni bukit.. terus menuju arah bogor.. tak lupa mampir sebentar di salah satu kios oleh –oleh yang terdapat banyak sekali sepanjang jalan Raya Puncak ini..
pemandangan sekitar masjid
|